Skip to main content

Laporan Haji: Mengapa Ayam dan Daging?

Dahlan Dahi

Catatan Wartawan Tribun, Dahlan Dahi, dari Madinah


TRIBUN-TIMUR.COM-HAMPIR 20 hari di Tanah Suci lewat program ONH Plus, saya bertanya-tanya kenapa kok banyakan menu ayam dan daging, bukan ikan?

Oooo... Ini rahasianya. Seorang petugas katering menceritakan, harga ikan tiga kali lipat lebih mahal daripada daging maupun ayam.

Harga sekilo ayam, misalnya, hanya lima Real (Rp 13.500) sedangkan ayam 20 Real (Rp 34 ribu).

Saudi memang punya wilayah laut di Jeddah, tapi makanan utama orang Saudi adalah daging sapi maupun kambing serta ayam.

Untuk konsumsi jamaah, travel-travel Indonesia sudah terbiasa bekerja sama dengan perusahaan katering yang dikelola orang Indonesia. Dengan ini, jamaah bisa mengonsumsi menu dan masakan Indonesia selama menjalankan ibadah haji.

Sudah dua kali kami pindah hotel, dua kali pula perusahaan kateringnya milik dan dikelola orang Sunda.

Mereka menyiapkan menu ayam goreng, daging, sayur bening, sayur kuning, dan makanan Indonesia lainnya. Di Mekah, sempat 2-3 kali kami disuguhi menu ikan bandeng goreng dan kuah.

Menurut seorang petugas katering, Saudi memproduksi ikan bandeng juga. Cuma kebanyakan diimpor dari Mesir. Banyak ikan di Arab didatangkan dari Mesir melalui jalur jalan darat.

Perusahaan katering Indonesia biasanya bekerja sama dengan hotel untuk menyediakan makanan Indonesia.

Tahu dan tempe tidak perlu lagi diimpor dari Indonesia. Ada seorang pengusaha Indonesia di Jeddah yang memproduksi dua bahan makanan khas Indonesia itu.

Memang agak repot bagi hotel untuk menyediakan chef (juru masak) sendiri. Maklumlah, target pasar mereka, yakni jamaah haji, datang dari berbagai negara di dunia. Tentu sulit menyediakan berbagai macam keahlian juru masak, apalagi pasar jamaah haji bersifat musiman.

Jalan pintasnya, ya, hotel menggandeng perusahaan katering. Pihak yang bekerja sama bisa dari hotel atau sekalian travel membawa perusahaan katering mitranya. Hotel tinggal menyediakan tempat, kursi, dan meja. Yang lainnya, termasuk petugas, disiapkan katering.

Di hotel di Madinah, kami satu hotel dengan jamaah dari Turki. Walau makan di restoran yang sama namun tempat, menu, dan petugas kateringnya berbeda.

Hmm, beberapa kali jamaah Turki saya pergoki mencicipi makanan Indonesia. Sekelompok ibu-ibu Turki saya lihat mengambil sepiring penuh ayam goreng masakan Sunda dan memakannya dengan roti maryam.

Untuk urusan beras, kadang perusahaan katering memasakan beras Indonesia. Tidak jarang pula mereka menggunakan beras Thailand yang terkenal itu.(*)

Laporan ini dimuat di Tribunnews.com, tribun-timur.com, Tribun Timur edisi cetak

Laporan Haji dan Umroh 




 

Comments

Popular posts from this blog

Makassar: Balezza Cafe

Gedung baru Balezza Cafe (kanan) di samping Imperial Aryaduta Hotel, Pantai Losari Makassar. Arsitektur bangunan ini klasik, dihiasi lukisan timbul dengan kesan kuat arsitektur Eropa. Menarik di tengah kecenderungan simplisiti ala model minimalis.  

Foto Haji Kalla, Ayahanda Jusuf Kalla

Dahlan Dahi dan Marissa Haque

Sudah cukup saya bersabar.  Beberapa postingan dan tuduhan keji Ibu Dr @MarissaHaque perlu saya klarifikasi. Beliau menuduh saya:  1. Tidak pernah salat  2. Kader Forkot  3. Kader PDIP  Sebelum saya menjawab tuduhan itu, saya jelaskan latar belakangnya. Tahun 2012 lalu, Dr @MarissaHaque mendatangi saya di kantor Tribunnews di Jakarta.  Beliau minta semua berita perseteruannya dengan Adhie MS dihapus.  Ada lebih 20 berita. Ini, antara lain, beritanya Dia juga minta bertemu wartawan yang menulis berita tersebut. Dua permintaan itu saya tolak. Saya minta tunjukan berita mana yang salah agar dikoreksi, tidak dihapus. Tidak ada. Permintaan agar ketemu langsung wartawan yang menulis saya tolak karena sebagai pemimpin, saya harĂ¡s bertanggung jawab terhadap tulisan wartawan. Mengapa Marissa Haque ingin menghapus semua berita perseteruannya dengan Adhie MS? Sederhana. Kata Ibu Marissa ketika itu, setiap kali dia search di Google tentang namanya, selalu m...